Posted by on January 5, 2019

(Depok, 5 Januari 2019) Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) menghantam daerah pesisir lima kabupaten di Indonesia yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang. Bencana tersebut mengakibatkan kerugian baik berupa material maupun moril. Melihat kondisi tersebut, Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) berinisiatif untuk membantu korban bencana Tsunami Selat Sunda dengan cara menggalang bantuan dan mengirimkan tim peninjau dari tanggal 27 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019 ke salah satu daerah terdampak yaitu Kabupaten Pandeglang.
“Tujuan utama kami mengirimkan tim ini adalah untuk mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara agar dapat digunakan oleh pihak lain yang ingin terlibat dalam kegiatan peduli bencana tsunami Selat Sunda,” ujar Muhammad Jazmi selaku Ketua Mapala UI.
Tim ini ditugaskan untuk memberikan bantuan primer kepada korban yang terdampak tsunami, menganalisis bantuan yang dibutuhkan korban dan menyurvei kegiatan pemulihan pascabencana sehingga dapat memberikan rekomendasi kegiatan pemulihan pascabencana di lokasi terdampak tsunami Selat Sunda, terutama di desa-desa di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.

Penyerahan bantuan awal dari Mapala UI kepada warga Desa Cigorondong. (dok. Mapala UI)

Tim terdiri atas enam anggota Mapala UI dengan Rizki Dewa Putra sebagai ketua pelaksana dan Wahyu Adityo Prodjo sebagai koordinator lapangan.
“Masyarakat kehilangan rumah, mata pencaharian, harta benda, bahkan anggota keluarga. Tsunami juga mengakibatkan kondisi psikis masyarakat terganggu. Hal itu tercermin dari masyarakat yang seringkali was-was akan terjadinya tsunami susulan,” ujar Wahyu Adityo ketika melapor kepada Sekretariat Mapala UI pada Jumat (4/1).
“Berdasarkan hasil pengamatan kami selama empat hari di Desa Cigorondong, Desa Taman Jaya, dan Desa Ujung Jaya, tim merekomendasikan untuk tidak memberi bantuan untuk korban tsunami dalam bentuk sembako, pakaian layak pakai dan mi instan. Bantuan tersebut sudah berlebih. Dihimpun dari beberbagai sumber, stok barang bantuan di posko-posko juga terpantau sudah mencukupi,” lanjut Wahyu.

Bantuan baju yang sudah berlebih menjadi limbah di beberapa kampung di Kecamatan Sumur, Kab. Pandeglang. (dok. Mapala UI)

Tim Mapala UI menemukan bahwa proses penyaluran bantuan tak tepat sasaran. Seringkali ditemukan bantuan seperti pakaian yang menumpuk bahkan jadi sampah. Warga yang tak terkena tsunami juga ikut mengambil bantuan.
Wahyu dan tim melaporkan bahwa bantuan yang lebih dibutuhkan oleh warga pengungsi saat ini adalah peralatan kerja untuk bertani dan mencari ikan, obat-obatan, perlengkapan rumah, dan perlengkapan sekolah. Jenis-jenis bantuan yang bisa diberikan adalah seperti pakaian bayi, pakaian dalam, minyak telon, kelambu, pel, serokan air, wajan, panci, kompor, cangkul, arit, terpal, jaring, perahu, seragam sekolah, buku-buku pelajaran, dan lotion anti nyamuk.
Jenis bantuan tersebut diperuntukkan agar korban dapat memasuki tahap pemulihan bencana. Bantuan seperti alat kerja diperlukan agar kegiatan ekonomi masyarakat bisa kembali berjalan. Hingga saat ini, pekerjaan masyarakat terhambat karena alat-alat kerja banyak yang rusak dan hilang akibat terkena tsunami.

Perahu nelayan yang rusak akibat tsunami Selat Sunda di Kampung Ketapang, Desa Cigorondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. (dok. Mapala UI)

Dari hasil wawancara, tim Mapala UI juga menilai masyakarat masih trauma terhadap tsunami. Selain itu, masyarakat juga masih minim edukasi tentang tsunami. Masyarakat masih mudah terprovokasi informasi yang tak bertanggung jawab tentang tsunami.
Hal yang bisa dilakukan adalah memberikan edukasi tentang tsunami. Masyarakat bisa diberikan pengetahuan mengenali tsunami dan bagaimana langkah yang harus diambil ketika ada potensi tsunami. Dengan adanya pengetahuan seperti itu diharapkan masyarakat lebih awas dan bisa mengambil langkah yang efisien tanpa perlu merasa panik. Ketika ada info dari media, info dari relawan, ataupun pergerakan relawan seharusnya masyarakat menjadi merasa lebih aman dan siaga, bukan sebaliknya.
Wahyu merekomendasikan, “penyuluhan sebaiknya disesuaikan dengan segmentasi umur peserta. Diperlukan juga kegiatan sosial untuk mengurangi tingkat stres masyarakat yang terdampak tsunami. Untuk anak-anak bisa diberikan hiburan yang edukatif seperti menggambar, bernyanyi, atau dongeng,”

Warga di sekitar area terdampak tsunami di Kampung Ketapang, Desa Cigorondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. (dok. Mapala UI)

Untuk kegiatan yang akan dilakukan di beberapa desa yang terdampak di Kecamatan Sumur bisa berkoordinasi dengan perangkat desa setempat dan komunitas terkait. Perangkat desa dan komunitas sudah menyatakan siap bersinergi untuk melakukan kegiatan pemulihan bencana.
Demikian, kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat berdasarkan tinjauan tim Mapala UI di Desa Cigorondong, Desa Taman Jaya, dan Desa Ujung Jaya. Semoga dapat bermanfaat untuk pemulihan wilayah yang terdampak bencana tsunami Selat Sunda.
Berikut kami lampirkan hasil pengamatan harian, profil desa terdampak tsunami yang diamati tim Mapala UI, daftar nelayan yang terdampak tsunami, daftar nama siswa SDN 02 Taman Jaya serta daftar korban terdampak tsunami di Desa Cigorondong.

TENTANG MAPALA UI
Mapala Universitas Indonesia adalah unit kegiatan mahasiswa tingkat universitas yang berdiri sejak 1964. Organisasi ini aktif dalam kegiatan di alam bebas serta penelitian yang bertema sosial serta lingkungan. Sebagai pelopor kegiatan pencinta alam taraf kampus di Indonesia, Mapala UI telah memiliki 1021 anggota yang juga sering terlibat dalam kegiatan save and rescue serta tanggap bencana. Salah satunya adalah pencarian korban Sukhoi di Gunung Salak pada tahun 2012. Kedepannya, Mapala UI akan terus melakukan kegiatan di alam dan kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas. ###

-Humas Mapala UI-
Narahubung: (Karina Londy) 087776385310
Sekretariat Mapala UI: 021-78884872

LAMPIRAN

1. HASIL PENGAMATAN

Kamis (27/12)
• Tim menemukan saung-saung di sepanjang tepi Pantai Carita roboh. Setelah memasuki Kecamatan Cinangka, kerusakan makin terlihat parah. Bangunan semi permanen seperti warung banyak yang roboh. Beberapa mobil juga tersapu ke daratan.
• Tim-tim relawan dan instansi terkait seperti kepolisian, Kementerian PUPR, dan lain-lain sudah bekerja menanggulangi dampak dari tsunami ini. Posko-posko bantuan juga sudah berdiri dan menerima bantuan yang diberikan dari berbagai pihak.
• Kondisi sepanjang jalan hingga Carita sudah mulus dan tak terhalang. Sementara dari Carita hingga Labuan, kondisi jalan di beberapa titik ada yang kurang mulus.
• Arus lalu lintas di Labuan tersendat karena banyak relawan yang berlalu lalang. Banyak posko yang berdiri di Kecamatan Labuan seperti XL, Telkomsel, So Klin, BNPB, Basarnas, Kemendagri, Kemensos dan lain-lain.
• Untuk stasiun pengisian bahan bakar, ada sekitar empat pom bensin yang beroperasi. Minimarket berupa Indomaret dan Alfamart juga mudah dijumpai.
• Tim menginap di rumah Sekretaris Kecamatan Labuan. Tim juga mendapat bantuan transportasi dari Basarnas untuk mobilisasi bantuan.
• Koordinasi antara tim Mapala UI dengan Basarnas dan Kemensos berlangsung dengan baik. Basarnas menyarankan untuk berkoordinasi dengan komandan SAR di Kecamatan Sumur apabila ada berita terbaru yang ditemukan Tim Mapala UI. Tim juga dipersilahkan oleh Kemensos untuk mengakses bantuan di Gudang Logistik Kemensos. Tim Mapala UI sudah berhasil bergabung ke dalam jaringan komunikasi logistik lintas potensi SAR dan kementerian serta lembaga.

Jumat (28/12)
• Menuju Desa Cigorondong dari Desa Kertajaya, tim melewati desa-desa yaitu Sumberjaya, Kertamukti, dan Tunggal Jaya. Di sepanjang jalan terlihat banyak kampung dan rumah yang terkena tsunami. Meski begitu, tidak semua bangunan terkena dampak. Kebanyakan rumah-rumah yang runtun adalah yang terbuat dari bambu. Sementara itu, bangunan-bangunan semipermanen tidak semuanya terdampak.
• Jalanan dari Desa Sumberjaya hingga Desa Cigorondong tidak ada penerangan dari lampu jalan. Penerangan hanya berasal dari rumah-rumah, sedangkan jarak antar rumah cukup jauh. Ditambah lagi dengan berkurangnya penerangan dari rumah-rumah yang sudah runtuh tersapu air. Untuk melewati jalan pada malam hari harus lebih berhati-hati. Selain gelap, jalanan juga dipenuhi lubang dan berbatu. Mobil disarankan berjalan hanya dengan kecepatan maksimal 20 km/jam.
• Dari perbincangan dengan Sekretaris Desa, bantuan yang dibutuhkan korban adalah sembako, pakaian dalam, lampu darurat, baterai, peralatan masak, pakaian balita, minyak telon, dan kayu putih. Pihak desa juga meminta untuk bantuan pengadaan Tim menemukan sekitar pukul 01.00 malam, warga di desa Cigorondong terlihat berseliweran. Warga mengungsi ke arah bukit menggunakan mobil dan motor akibat informasi yang simpang siur. Warga terlihat panik dan saling mengajak sesama warga untuk mengungsi. Hingga pukul 02.00, masih terlihat warga baik berusia dewasa maupun anak-anak yang terjaga.

Sabtu (29/12)
Kondisi Kampung Katapang
• Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu warga terdampak, mereka masih belum memerlukan dapur umum. Sampai saat ini mereka masih bisa mengusahakannya sendiri dibantu dengan keluarga. Kalaupun ada bantuan sembako, mereka tetap masak masing-masing.
• Pembagian sembako masih belum terkoordinasi dengan baik, distribusinya pun masih tidak jelas. Bagi warga yang rumahnya rusak bahkan tak tersisa, kebutuhan mereka saat ini yang lebih penting adalah membangun rumah kembali.
• Beberapa jenis bantuan sudah berlebih dan banyak bantuan yang tidak tepat sasaran. Baju-baju hasil donasi kini malah telah menjadi limbah karena jumlahnya terlalu banyak.

Kondisi Kampung Kapodang
• Kampung ini jaraknya 1,5 km dari bibir pantai.
• Di kampung ini ada 5 KK pengungsi yang berasal dari Kampung Cigorondong dan Kampung Ketapang. Mereka menginap di rumah saudaranya.
• Penanganan medis berupa bantuan dokter keliling sudah ada sejak tanggal 23 Desember 2018. Meski begitu, korban di kampung ini masih mengalami trauma dan takut akan tsunami susulan meski rumah mereka berada di daerah yang lebih tinggi dari pantai.
• Di Kampung Kapodang, ada sekitar 300 orang yang menginap pulang pergi sejak kejadian. Pengungsi berasal dari Taman Jaya, Paniis, Cigorondong, dan Katapang.
• Tempat potensial yang bisa dijadikan pusat kegiatan adalah sekolah madrasah Miftahul Ulum milik Ustad Yana. Bangunan dua lantai ini berkapasitas 30 orang lantai 1 dan 40 orang di lantai 2. Listrik masih berjalan, meskipun seringkali mati.
• Di kampung ini masih tersedia air bersih dengan baik.
• Akses jalan hanya muat 1 mobil. Jalanan berbatu dan menanjak. Jalanan akan lebih efektif ditempuh menggunakan motor atau mobil pick up.
• Di kampung ini terdapat 30 anak kecil.
• Dapur umum belum ada. Tawaran dari BNPB udah ada. Logistik masih bergantung dari posko bantuan.
• Pasar terdekat sudah hancur. Setiap hari makanannya hanya nasi indomie atau hasil kebun.
• Mata pencaharian nelayan dan petani.

Kondisi Kampung Gunung Pariuk Hilir
• Jaraknya 500 meter dari Kapodang.
• Menurut informasi dari relawan yang sudah ada, kampung ini jadi tempat pengungsian dengan jumlah pengungsi paling banyak, sekitar 49 KK.
• Kondisinya di sana sudah ada posko bantuan. Bantuan yang sudah masuk adalah beras, indomie, baju, telor.
• Dapur umum ada di sebelah rumah Ketua RT. Dikelola oleh 5 orang warga setempat dan menghasilkan 250 porsi per satu kali makan dengan jatah makan 2x sehari.
• Potensi tempat yang bisa dijadiin pusat kegiatan adalah sekolah yang termasuk dalam wilayah Kampung Girang. Kebutuhan utama kampung ini adalah pemulihan.
• Anak-anak belum ada kegiatan dan tidak punya tempat bermain.

Kondisi Kampung Gunung Pariuk Girang
• Ada 2 KK yang terdampak. Sisanya pengungsi yang masih trauma.
• Meskipun ada di tempat yang lebih tinggi dibanding kampung yang lain namun penduduknya juga takut akan tsunami.
• Dapur umum tidak direkomendasikan untuk dibangun di sini.

Kondisi Kampung Pasir Jaya
• Terdapat 2 RT di Kampung Pasir Jaya. Ada 13 rumah yang dijadiin tempat mengungsi.
• Saat itu, warga merasa fasilitas kesehatan masih kurang.
• Ada dapur umum yang baru dioperasikan sejak tanggal 27 Desember.
• Terdapat 24 KK yang dijadikan tempat mengungsi sedangkan KK yang mengungsi terdapat 14.
• Total anak-anak sekitar 40, termasuk yang sudah mengungsi.
• Kampung Pasir Jaya tak terdampak sama sekali, malah jadi tempat pengungsian. Para pengungsi yang ada di sana mengungsi karena takut, bukan karena terdampak.
• Akses jalan baik. Muat untuk dilewati truk.
• Orang-orang yang mengelola dapur umum adalah Asosiasi Chef Indonesia yang hanya dapat membantu hingga tanggal 5 Januari. Bahan logistik dapur umum ini juga masih kekurangan. Dapur umum ini setiap hari menghasilkan 100-150 porsi. Warga Pasir Jaya telah berinisiatif menyumbangkan hasil panen mereka ke dapur umum.

Minggu (30/12)
Kondisi Kampung Ketapang
• Mata pencaharian warga Kampung Ketapang selain menjadi nelayan juga bertani.
• Nelayan di Kampung Ketapang ada yang memiliki perahu, ada juga hanya sebagai buruh nelayan. Nelayan di Kampung Ketapang memiliki pekerjaan sampingan yaitu mengantar turis ke pulau-pulau di terdekat seperti Pulau Badul, Pulau Handeleum, dan lainnya.
• Kampung Ketapang merupakan daerah yang paling parah terdampak tsunami dibanding kampung-kampung lain. Sebanyak kurang lebih 50 perahu milik warga Kampung Ketapang rusak. Perlengkapan melaut juga rusak.

Senin (31/12)
Tim Mapala UI sempat bertemu dengan tim Mahitala Unpar yang baru kembali dari Ujung Jaya. Tim Mahitala menyampaikan kondisi di Tanjung Lame.

Kondisi Tanjung Lame
• Bantuan berupa beras, mie instan dan baju sudah berlimpah dan tidak tepat sasaran.
• Listrik di Tanjung Lame tidak bermasalah.

Kondisi Kampung Paniis
• Berdasarkan hasil obrolan dengan Pak Yana dan Ibu Enin (kepala sekolah dan guru SDN 02 Taman Jaya), bagian di sekolah tersebut yang rusak adalah perpustakaan dan kantin. Kantor guru dan kelas masih utuh, meski beberapa barang di dalamnya, seperti arsip, meja, kursi, banyak yang hilang.
• SDN Taman Jaya 02 memiliki 116 siswa kelas satu sampai kelas enam. Siswa kebanyakan berasal dari Kampung Paniis dan Ciburuluk. Siswa laki-laki sebanyak 59 anak dan siswa perempuan 57 anak. Adapun jumlah guru adalah 11, termasuk dengan kepala sekolah.
• Orang-orang yang tinggal di tepi pantai Paniis—yang rumahnya terdampak tsunami, banyak yang dulunya bekerja sebagai pedagang dan petani. Selain rumah, alat kerja dan sumber penghasilan mereka telah tersapu air. Adapun alat pertanian yang hilang adalah pacul, arit, terpal, golok.
Kondisi Kampung Nelayan Cibanua
• Terdapat delapan rumah yang rusak sedang hingga rusak total.
• Disebabkan rasa trauma, mereka yang tinggal di sini selalu mengungsi ke Kampung Cimenteng setiap malam.
• Penduduk di kampung ini bukanlah penduduk asli, mereka pindah dari Sulawesi Selatan pada 1969 dan memulai hidup sebagai nelayan di sini.
• Terdapat sekitar 20-25 perahu yang rusak di desa ini. Perahu-perahu itu terdiri dari beberapa ukuran, yaitu perahu ukuran kecil yang digunakan untuk membawa jaring, dan perahu besar ukuran 10 GT. Di luar itu, terdapat lima kapal yang hancur. Kelimanya berukuran besar dan berbahan fiber. Adapun peralatan yang rusak adalah waring dan tali tampar.
• Sebelumya, di Kampung Cibinua, tim sempat bertemu dengan anggota Dompet Dhuafa. Yayasan ini ternyata sedang melakukan pendampingan psikososial yang berlokasi di dapur umum milik mereka. Penyembuhan ini ditujukan pada ibu-ibu dan anak-anak dan dilakukan di sela-sela aktivitas mereka memasak di dapur umum. Kegiatan ini baru dimulai hari ini dan telah memiliki koordinator di setiap desa.

2. PROFIL DESA CIGORONDONG SETELAH TERDAMPAK TSUNAMI SELAT SUNDA
Profil Desa Cigorondong

3. DAFTAR ALAT KERJA NELAYAN YANG HILANG AKIBAT TSUNAMI SELAT SUNDA
Daftar Alat Kerja Nelayan yang Hilang

4. DAFTAR NAMA SISWA SDN TAMAN JAYA 02, KAMPUNG PANIIS, DESA TAMAN JAYA
Daftar Nama Siswa SDN Taman Jaya 02

5. DAFTAR KORBAN TERDAMPAK TSUNAMI DI DESA CIGORONDONG
Daftar Korban Tsunami Desa Cigorondong

Posted in: Berita

Comments

Be the first to comment.

Leave a Reply

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*