Posted by on November 16, 2014

Setelah lama “tertidur”, Mapala UI akhirnya kembali bangkit dengan semangat ekspedisi yang baru. Kali ini ekspedisi dilakukan di Papua dan dinamakan Ekspedisi Timur Nusantara.

Ekspedisi ini merupakan ekspedisi pemanjatan tebing utara Trikora yang dilakukan oleh enam anggota (lima pria dan satu wanita) Mapala UI. Mereka adalah Fandhi Achmad (M-658-UI), Ina Diana (M-859-UI), Ridwan Hakim (M-863-UI), M. Rinanda Bagus Pratama (M-866-UI), Agung Rudiarto (M-867-UI), dan Satrya Alfandi (M-885-UI). Tinggi tebing sekitar empat ratus meter dan dilakukan pemanjatan dengan 8 pitch.

Minggu (20/1), Tim Ekspedisi Timur Nusantara Mapala UI menjejaki tanah Wamena. Sesampainya di sana, bapak Sugeng, salah satu kerabat Mapala UI, menyarankan tim untuk menginap di rumah warga, yaitu bapak Natalis. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi pengeluaran. Setelah beristirahat semalaman, Senin (21/1), tim memulai pembagian tugas untuk menyelesaikan perizinan, belanja logistik, urusan porter, dan transportasi menuju Danau Habema.

Tanpa mengulur waktu lebih lama, Selasa pagi (22/1), tim memulai perjalanan menuju entry point. Tim tiba di sana pada pukul 11.02 WIT dengan mengalami sedikit hambatan karena mobil yang dipakai bermasalah. Dari entry point tersebut, tim harus trekking melalui medan yang cukup bervariasi, mulai dari sungai, bukit-bukit, dan padang rumput berlumpur, atau yang biasa disebut belantara oleh penduduk setempat. Setelah berjalan berjam-jam, tepatnya pukul 15.12 WIT, tim pun tiba di camp 1. Di tempat itu, terdapat pondok yang biasa digunakan oleh penduduk Kampung Dugha.

Rabu pagi (23/1), tim melanjutkan perjalanan dengan tujuan tiba di camp 2. Medan yang harus tim ekpedisi lalui hari ini menuju camp 2 tidak berbeda jauh dengan hari kemarin, hanya saja hari ini mereka menemukan igir-igir (daerah puncakan yang panjang). Tim tiba di camp 2 pada pukul 02.00 WIT. Kamis (24/1),
tim melanjutkan perjalanan menuju camp pemanjatan dan tiba di sana pada pukul 11.00 WIT. Setibanya di camp pemanjatan, tim langsung dibagi menjadi dua, tim Base Camp dan tim Panjat. Tugas dari tim Panjat adalah merintis jalur, yang ternyata tidak mudah, dan penuh tantangan karena perjalanan dari base camp menuju titik awal pemanjatan cukup jauh, sekitar dua ratus meter. Pada cuaca normal perjalanan tersebut memakan waktu sampai satu jam lamanya. Ditambah lagi dengan letak titik awal pemanjatan yang diakui tim cukup menantang. Pemanjatan pun dimulai pukul 12.30 WIT. Dengan disertai hujan es yang membuat tim terhambat dan suhu yang mencapai minus lima derajat, tim mencapai pitch 1,5 pada pukul 16.45 WIT. Tinggi satu pitch sekitar lima puluh meter.

Tim Mapala UI berjuang mencapai pitch demi pitch di tengah hujan es

Dengan semangat berkespedisi yang masih membara, Jumat (25/1) pukul 07.00 WIT, tim kembali memulai pemanjatan dan berhasil mencapai pitch 4,5. Hari itu, bukannya tanpa hambatan, karena ternyata tim kembali dihantam hujan es. Namun, dengan kondisi fisik yang mulai terbiasa dan persiapan yang lebih matang dari sebelumnya, pemanjatan kali itu dirasa lebih baik. Pukul 10.00 WIT tim support membantu membawakan makanan dan peralatan pemanjatan lainnya.

Sabtu pagi (26/1), tim kembali dibagi menjadi dua seperti sebelumnya, yaitu menjadi tim Base Camp dan tim Panjat. Cuaca Sabtu pagi itu cukup cerah. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Setelah tim Panjat berhasil mencapai pitch 6 pada pukul 15.30 WIT, cuaca buruk kembali menghampiri mereka sehingga memaksa mereka untuk kembali ke camp. Pitch 1 sampai pitch 6 dilakukan pemanjatan dengan sistem Himalayan (ada tali tetap atau fixed rope yang terhubung di setiap pitch). Sabtu malam cuaca kian bertambah buruk. Butiran putih perlahan turun di tanah Timur. Kian lama kian membesar dan berubah menjadi badai. Ya, malam sebelum pemanjatan menuju puncak Trikora, base camp tim dihajar badai salju. Hal tersebut mengakibatkan tenda, dapur, dan beberapa peralatan rusak parah. Namun, badai salju tidak menghalangi tekad baja para anggota tim untuk meneruskan pemanjatan hingga puncak. Keesokan harinya, Minggu (27/1), pemanjatan dilanjutkan dari pitch 6 dengan sistem Alpine (tidak ada tali tetap atau fixed rope yang terhubung di setiap pitch).

Akhirnya, setelah memakan waktu berjam-jam, inilah saat yang telah ditunggu-tunggu. Saat-saat di mana bendera Mapala UI akhirnya dapat berkibar tegak di salah satu puncak Pegunungan Jayawijaya, puncak Trikora. Tim panjat yang terdiri atas Agung Rudiarto, M. Rinanda Bagus Pratama, dan Fandhi Achmad, akhirnya berhasil mengecap manisnya puncak Trikora pada pukul 13.27 WIT. Sebuah pencapaian atas usaha, kerja keras, dan semangat yang berbuah manis di ketinggian 4.750 mdpl. Setelah menjejakkan kaki di puncak Trikora, tim pun kembali ke camp melalui jalur normal. Tim cleaner yang terdiri atas Ridwan Hakim, Satrya Alfandi, dan Ina Diana bertugas membersihkan jalur pemanjatan. Keesokan paginya, Senin (28/1), tim bergerak turun menuju camp 2. Tim kembali dibagi menjadi dua karena salah satu anggota tim kami mengalami sedikit masalah akibat salju yang turun. Namun, hal itu bisa dapat diatasi sehingga keesokan hari, Selasa (29/1), tim sudah dapat bergerak lebih baik dan perjalanan dilanjutkan dari camp 2 menuju exit point dengan memakan waktu tempuh selama enam jam. Tim pun dijemput dengan mobil dan kembali ke Wamena.

Tim Mapala UI bersama penduduk lokal

Ekspedisi yang dilaksanakan pada tanggal 19 Januari sampai 3 Februari 2013 ini memiliki tujuan antara lain menggali potensi wisata budaya di wilayah Wamena untuk memajukan perekonomian masyarakatnya, menjadi orang Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Trikora melalui jalur direct, dan membangun karakter bangsa melalui pemuda untuk lebih mengenal alam dan masyarakatnya.

Oleh

Gita Rinjani, M-881-UI

Posted in: Berita