Posted by on November 16, 2014

Pencinta Alam, mungkin anda pernah mendengar istilah ini. Ketika telinga tersentuh kata ini, maka orang akan mengaitkan dengan segudang aktivitas yang acapkali bersentuhan dengan bahaya.

Pendakian gunung, arung jeram, telusur gua, panjat tebing, selam hingga paralayang adalah beberapa contoh aktivitas yang seringkali dikaitkan dengan istilah Pecinta Alam.

Bagaimana dengan Mapala UI? Sudah tentu organisasi pecinta alam tingkat kampus pertama di Indonesia ini sudah mencicipi beberapa diantaranya. Mapala UI dalam beberapa kesempatan  justru menjadi pelopornya. Mungkin beberapa dari anda masih ingat pendakian ke puncak-puncak bersalju di Papua, atau pendakian ke tujuh puncak tertinggi di dunia  alias Seven Summit. Meski  Mapala UI masih memiliki “hutang ” atas Everest dan Vinson Massif, bolehlah ia berbangga karena menjadi pelopor bagi organisasi serupa.

Kini, zaman mulai sedikit berbeda, aktivitas kepecintaalaman tak melulu bergesekan dengan kegiatan yang memacu adrenalin. Seiring dengan  perkembangan zaman, isu-isu yang diangkat dalam kegiatan kepecintaalaman mulai bergeser ke arah  lingkungan.

Kali ini Mapala UI mungkin tidak menjadi pelopor karena tanpa diketahui banyak orang, sudah cukup banyak organisasi serupa yang meniupkan isu kepedulian kepada lingkungan ini. Namun apabila kita berbicara mengenai bentuk program, bisa jadi Mapala UI kembali menjadi yang pertama dan bisa jadi yang cukup besar perhelatannya.

Adalah Run Foriver, sebuah kampanye yang digagas oleh organisasi berusia hampir setengah abad ini. Run Foriver yang bermaksud menyebarkan semangat untuk peduli dan beraksi untuk Konservasi Ciliwung, menjelma menjadi kegiatan lomba lari yang sifatnya non komersil, lebih sebagai sarana menggalang dana untuk membiayai program-program normalisasi Ciliwung. Nama perhelatan setahun sekali yang tingkatnya internasional ini adalah Mapala UI Half Marathon.

Program apakah yang dibiayai dari Mapala UI Half Marathon? Ya, nama programnya adalah Adopsi Sungai. Program ini sendiri sangat sederhana, mengajak masyarakat di bantaran sungai untuk mengadopsi bantaran sungai yang ditinggalinya. Maksud mengadopsi disini adalah merawat, menjaga dan melindungi, serta apabila ada permasalahan, bersama masyarakat, dibuatlah program yang sesuai  dengan karakteristik wilayah. Sehingga kegiatan-kegiatan yang ada dalam adopsi sungai adalah problem based bukan program based.

Saat ini, Adopsi Sungai sedang menjalankan lima buah program yakni

  1. Pustaka Air Puncak, bekerjasama dengan Komunitas Peduli Ciliwung Puncak.
  2. Pustaka Air Depok, bekerjasama dengan Komunitas Ciliwung Depok
  3. Program normalisasi Danau UI (Taman Soe Hok Gie dan Community Development di hulu-hulu Danau UI) bekerjasama dengan Rakata Solution dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) se-UI
  4. Maintenance program-program yang sudah dilaksanakan selama Kuliah Kerja Nyata di Kawasan Puncak, Bogor, bekerjasama dengan Sub Direktoret Olahraga dan Kepedulian kepada Masyarakat, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia.
  5. Portal Informasi Adopsi Sungai.

Demikianlah beberapa program yang coba dihidupkan oleh Mapala UI. Harapannya tentu saja agar teman-teman sesama pecinta alam juga mulai memperhatikan lingkungan dan memasukkannya dalam salah satu kegiatan utamanya.

 Teringat perkataan Ayat Rohaedi, salah seorang senior Mapala UI tentang alam,

“Kita harus menghargai Alam, karena tanpa alam, kita bukanlah siapa-siapa”

Oleh

Wisnu Nugroho, M-852-UI

Posted in: FEATURE