Posted by on February 20, 2019

Hai, kamu yang lahir di tahun 1980 hingga 2000! Selamat, kamu masuk dalam kategori generasi Y atau millennials, generasi yang belakangan selalu disebut-sebut dalam segala topik hangat. Generasi ini terkenal paling sosial, mampu mengubah arus politik, hingga mengguncang dinamika ekonomi dengan inovasi kreatifnya. Generasi kekinian, atau bahasa lainnya generasi muda #jamannow.

Berbeda dengan generasi X yang merasakan sulitnya membangun ekonomi dari awal apalagi baby boomers yang mengalami era penjajahan, generasi Y lahir di jaman dimana mayoritas kebutuhan pokok sudah terpenuhi. Alih generasi, pertanyaan berevolusi dari “apa makan hari ini?” menjadi “makan apa hari ini?”. Bukan lagi kebutuhan, namun keinginan. Inilah yang membuka celah masuknya komersialisasi gaya hidup.
Brand dan #anakjamannow

Banyak pesan kampanye brand saat ini menggunakan bahasa yang akrab di telinga millennials, acapkali didahului dengan hashtag yang seakan menjadi ‘ouija board’ untuk berkomunikasi dengan generasi ini. Betul, kamu para millennials adalah sasaran pasar utama mayoritas brand global. Anggaran belanja media (iklan) untuk tahun 2016 di Indonesia mencapai 2,7 milyar dolar (1) atau sekitar 36 triliun rupiah, setengah anggaran belanja DKI Jakarta saat ini.

Mengapa? karena buying power-mu sangat kuat. Tahun 2015 kemarin, millennials Indonesia mencapai total pendapatan sebesar 38,2 milyar dolar (2), serta diprediksi akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional di 2020 (3). Kamulah target utama yang diharapkan menyumbang pemasukan paling besar bagi peritel.

Karena itu, cukup berat bagi millennials untuk tidak menjadi konsumtif. Segala brand berupaya membujukmu agar mengeluarkan uang demi gaya hidup – baik dengan hard selling (‘buy one get one untuk boots mahal itu?’) maupun soft selling (‘sepertinya asik aja nongkrong di cafe kekinian itu, atmosfirnya enak’).

Saat ini, dampak dari pengeluaran gaya hidup mungkin belum terasa, terutama jika kamu single dan belum memiliki tanggungan. Tapi apakah kamu berencana untuk single seumur hidup?

Jangan konsumtif, berat. Biar nabung saja.

Jika kamu pernah membaca buku-buku perencanaan keuangan, kamu pasti bergidik ketika tahu biaya sekolah anakmu kelak 10 sampai 15 tahun lagi. Dengan kenaikan hingga 15% per tahun[4], total biaya sekolah dan kuliah hingga mendekati angka satu miliar bukan tidak mungkin. Pendidikan anak baru satu aspek, bayangkan apa saja kebutuhan dan tanggung jawabmu di masa depan, terutama jika kamu sudah berkeluarga. Bahkan orang tuamu pun pasti akan pensiun suatu saat nanti, dan sebagian kebutuhan hidup mereka akan menjadi tanggung jawabmu.

Gaya hidup kekinian tidak sepenuhnya buruk, namun harus dibatasi. Jika kamu sudah tergolong usia millennial menengah (atau bahkan atas!), kamu harus sudah memikirkan cara untuk move on ke hidup yang lebih bertanggung jawab secara finansial.

Solusi utama untuk permasalahan ini hanya satu: mulai merencanakan kehidupan finansial di masa depan. Bisa dengan menabung, membeli emas, membuka akun reksadana, atau membuka bisnis sampingan kecil-kecilan. Yang mana yang sesuai dengan dirimu? pilih satu, dan mulai lakukan. Ingat, generasi terus berganti, usia muda akan move on dari millennials ke generasi berikutnya. Siapkan diri dan keuangan #jamannow untuk tomorrow.

Sumber :
1) E-marketer Online, 2016
2 & 3) VISA Research on Indonesian Millennials, 2014
4) Ghozie, P. Make it Happen, 2014

Posted in: Sponsored

Comments

Be the first to comment.

Leave a Reply

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*